MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

22.48 Sofia Soleha 0 Comments

Animal Educandum

Siapa yang di maksut dari Animal Educandum?

Apakah dia adalah hewan-hewan yang berada di hutan saat ini?



Mari kita ulas pengertian Animal Educandum yang sebenarnya.
Julukan ini diungkapkan oleh Lengeveld yang menyatakan bahwa manusia adalah “animal educandum” yaitu manusia merupakan makhluk yang dapat dididik dan mendidik. Awal mulanya, terdapat perdebatan tentang apa sebenarnya manusia itu. Dan banyak dari filsuf mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk yang rasional, sebagai homo economicus, dan lain sebagainya. Bahkan kita sudah mengenal lebih dekat dengan ungkapan Nietze bahwa manusia sebagai makhluk yang belum selesei. Artinya manusia dalam mengarungi kehidupannya, ia mengemban tugas untuk menyeleseikan diri dan meningkatkan kualitas diri. Namun ungkapan tersebut mendatangkan banyak pertanyaan, salah satunya adalah bagaimana caranya manusia “menyeleseikan” diri itu.

Akhirnya muncul lah pendapat Lengeveld yang lebih mendekat kepada sasarannya. Ia memberi rumusan manusia sebagai “Animal Educandum”. Ketika Nietze menjelaskan tentang manusia yang perlu menyeleseikan dan meningkatkan dirinya, Lengeveld menyempurkan rumusan Nietze dengan memberi tanggapan bahwa manusia perlu dididik. Melalui pendidikan manusia dapat melaksanakan kehidupannya sebagai manusia. Secara implisit, julukan dari Lengeveld ini menyatakan bahwa manusia adalah “hewan” yang dididik. Sebelumnya kita akan menganalisis bagaimana kehidupan manusia dan hewan.

Hewan pada umumnya memiliki kebiasaan yang sama dengan manusia, bahkan manusia dianggap sebagai hewan mamalia yang menyusui. Kebiasaan yang sama tersebut bukan berarti secara keseluruhan manusia sama seperti hewan. Hamster yang kita kenal sebagai hewan yang lucu, ia dapat memakan anaknya sendiri. Induk hamster yang telah berhasil melahirkan akan dengan segara memakan anak-anaknya, itulah sebabnya anak hamster akan sedikit yang dapat bertahan hidup. Contoh yang lain adalah kalajengking. Setelah melahirkan, induk kalajengking menyuruh anak-anaknya naik ke punggungnya.  Jika diantara anak-anak itu ada yang terjatuh maka induk kalajengking akan terus memakannya sampai tidak ada yang terjatuh lagi. Manusia tentu tidak akan memakan lahap anaknya sendiri secara hidup-hidup.

Induk kucing dikenal sebagai hewan yang menyayangi anaknya, ia menyusui anaknya selagi anaknya masih lemah. Ketika anaknya mulai dewasa, induk kucing akan meninggalkan anaknya sendiri dan membiarkannya hidup mandiri. Berbeda dengan manusia, mungkin sedikit kesamaan. Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang individualis. Menurut Lengeveld (1980), setiap anak memiliki dorongan sangat kuat untuk mandiri, walaupun pada diri anak terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan orang lain yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan. Kemandirian antara hewan dan manusia jelas berbeda. Hewan bisa saja hidup sendiri dan mencari makan sendiri namun manusia tidak bisa. Untuk menjadi mandiri, manusia memerlukan orang lain untuk membmbingnya.itulah mengapa manusia perlu pendidikan.

Kita pernah melihat bahwa ada beberapa hewan yang dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan seperti manusia. Contohnya adalah lumba-lumba, ia dilatih agar cerdik dalam menghitung. Begitu pula dengan hewan lainnya. Namun pendidikan bukan untuk mengembangkan keterampilan seperti yang dilakukan oleh hewan. Pendidikan pada manusia untuk mengembangkan nilai-nilai dalam dirinya. Nilai-nilai rohani, nilai social, dan nilai-nilai lainnya yang harus ada dalam manusia.

Hewan juga tidak berbahasa, ia hanya dapat dikomunikasikan dengan symbol-simbol. Seperti lumba-lumba tadi, ia mungkin saja dapat dilatih dengan symbol-simbol sehingga si lumba-lumba dapat menjawab dengan benar. Selama pertujukan, kita tidak tahu apakah lumba-lumba tersebut menghasilkan gerakan dari hasil proses berfikir atau tidak. Hewan dapat mengenal symbol atau tanda yang diberikan oleh pawang dengan latihan secara rutin, namun ia belum tentu dapat memahami makna symbol dan tanda tersebut sebenarnya. Maka dari itu, tidak dapat dikatakan hewan dapat dididik.  

Manusia mungkin memang memiliki kesamaan dari segi fisik dan kebiasaan dengan hewan, namun manusia memiliki hakikat-hakikat yang dimana ia dapat dididik sehingga menjadi manusia yang ideal sebagaimana mestinya.Dengan cara pendidikanlah manusia dapat menemukan tujuan hidupnya. Maka dari itu manusia disebut “Animal Educandum

0 komentar: